Rabu, 20 Agustus 2014

Mengenang Kyai Hasan Mukmin Pejuang Dari Gedangan Sidoarjo



Sidoarjonews  -Sebuah Kisah Perlawanan Fisik yang paling terkenal dalam melawan pemaksaan penanaman tanaman palawija dan tebu oleh Belanda di Sidoarjo adalah jihad di Gedangan yang dipimpin oleh Kiai Hasan Mukmin. Sebab-sebab pemberontakan berakar dari gerakan agama yang berbasis masyarakat tani. Karenanya tipikal gerakan itu menjadikan permasalahan petani sebagai isu sentral. Gerakan ini mengalami radikalisasi ketika Belanda memaksakan peraturan yang ketat mengenai efektifitas produksi pertanian.

Tanam Paksa yang diterapkan Pemerintah Belanda  tahun 1903 , mengubah banyak tanah pertanian di Sidoarjo. Peraturan itu adalah penanaman paksa palawija yang berupa jagung dan ubi kayu. Selain itu juga dipaksakannya pemakaian weluku (bajak) model Hindu. Sementara di industri gula, Belanda menentukan secara sepihak harga sewa tanah sawah untuk ditanami tebu. Belanda juga memaksa petani menjadi tanaga kerja di pabrik-pabrik gula pada waktu masa giling. Semetara kebutuhan utama petani, irigasi, berjalan dengan pembagian yang buruk.

Selain konsidi masyarakat yang semakin menderita dan kurang pangan , beliau menilai tanam paksa ini melanggar hak hak masyarakat dan tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianut sehingga pemerintah Belanda di nilai berlaku Dzolim pada masyarakat sehingga wajib dimusuh juga Keyakinan akan ajaran membela negaranya merupakan bagian dari Iman.

Melihat hal tersebut Kyai Hasan Mukminyang merupakan putra seorang ulama di Yogyakarta yang menjadi guru tarekat Qadiriyah-Naqsyabandia di Samentara . Pengikut kumpulan tarekat ini sangat besar, selain Sidoarjo, anggotanya juga berasal dari Mojokerto dan Jombang. Hal ini membuat KH Hasan Mukmin yang perna belajar di di Kairo, tetapi tidak sampai tamat karena ayahnya meninggal dunia,  mampu menggerakan  jamaah Tharekat Qodiriyah Naqsabandiyah dan seluruh Santrinya yang didomisili di daerah sekitar gedangan, Samentara,Taman dan Damarsi untuk memberontak kepada pemerintahan penjajah Belanda.

Menurut rencana semula, pemberontakkan tersebutakan dilaksanankan pada hari Minggu 29 Mei atau Ahad Legi 14 Maulud, kemudian diajukan pada hari Jumat  tanggal 27 Mei  1903, bertepatan dengan Grebeg Maulud, yaitu perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Konsentrasi masa yang ada di Keboan Pasar (Keboan Sikep), membuat Wedono Gedangan melaporkan ke pihak kepolisian sehingga ada persiapan penumpasan.

Singkat cerita, Laskar Jamaah Tharekat dan Santri Kyai Hasan Mukmin yang kurang lebih berjumlah 100 – 300 orang tersebut akhirnya bertempur sengit dengan pasukan Bupati Sidoarjo bentukan Pemerintah Hindia Belanda.

Sehelai bendera berwarna putih-biru-putih sebagai symbol dari kemandulan, kepiluan dan kefanaan. Sebagai symbol lain pemberontakan, mereka meyelempangkan Klaras (daun Pisang kering) seraya berdzikir. Kemudian seorang pembicara membakar semangat pemberontak dengan mendakwahkan konsep Jihad (perang suci).

Pertempuran yang tidak seimbang tersebut berakhir singkat, dan dalam kondisi kocar kacir pemberontak melarikan diri untuk menghindari Pembantaian dari pasukan pemerintah Hindia Belanda. Dalam pertempuran itu Bupati Sidoarjo Bentukan Hindia Belanda menderita luka-luka dan 40 Pasukan Tewas dan 60 Pasukan Luka parah.

Sedangkan kondisi pada pihak Laskar Tharekat dan Santri yang di Cap Sebagai pemberontak ada beberapa versi , salah satu versi mengatakan tidak ada yang mati karena Ma’unah Allah Swt mereka Kebal Senjata Tajam maupun Peluru. Namun mereka harus menyerah kepada Belanda karena apabila tidak menyerah maka Anggota Keluarga mereka akan dibunuh semua.

Akhirnya merekapun menyerah dan ditangkap pasukan Belanda. Kyai Hasan Mukmin pun juga di kabarkan tewas terbunuh, karena menolak untuk di suruh menyerah. Adapun Jumlah Laskar yang ditawan yang akhirnya di hukum mati ada 83 orang, Sementara Itu Kyai Hasan Mukmin dengan 17 orang Santri yang tidak mau menyerah kepada Belanda, memilih melarikan diri ke Gunung Penanggungan untuk kembali menyusun Strategi serta membangun Laskar yang lebih besar dan lebih kuat.

Versi lainnya ada 30 orang meninggal dunia dan puluhan tertangkap dan KH Hasan Mukmin terluka dan kerumahnya. tentara Belanda menyerbu ke rumah KH Hasan Mukmin dan membakar rumahnya, KH Hasan Mukmin ikut meninggal di rumah yang terbakar.

Mana yang benar Allahhualam.

Ada kisah yang mengatakan adanya kemunculan kembali Kyai Hasan Mukmin adalah ketika Pemimpin Besar Nahdlatul Ulama’ Hadratus Syech KH.Hasyim Asy’ari dipenjara karena Menolak Perintah Tunduk pada Penjajah Jepang dan memberikan Fatwa Haram terhadap tindakan Saikere  (Sikap Membungkukkan Badan Sembilan Puluh Derajat Menghadap Ke Arah Tokyo untuk Menghormat Tenno Heika,Raja Jepang).

Terlebih lagi setelah di serukannya“Resolusi Jihad” Oleh Hadratus Syech KH.Hasyim Asy’ari. Resolusi Jihadmerupakan hasil pertemuan ribuan kiai dan santri se-Jawa dan Madura yang dipimpin Hadrotus Syech KH.Hasyim Asyari, Rais Akbar NU di Surabaya pada 21-22Oktober 1945.

Akhirnya, Terjadilah Perang Dahsyat Merebut Kemerdekaan di Seluruh Penjuru Tanah Air Dengan Sebuah Momentum Yang Hingga Kini Selalu Kita Kenang Sebagai Hari Pahlawan Yaitu Tanggal 10 November 1945 yang di Motori Oleh Arek-arek Suroboyo dengan OrasiPembakar Semangat Jihad“Rawe-rawe Rantas Malang-malang Tuntas”dariSeorang Pemuda Bernama Sutomo/ Biasa Dikenal dengan Bung Tomo.

Sementara itu Kyai Hasan Mukmin yang tidak berusia muda lagi, karena sudah berusia 89 Tahun tapi masih memiliki semangat Jihad yang tak kalah Dahsyatnya dengan Orasi Pembakar Semangat dari Bung Tomo.

Kyai Hasan Mukmin membentuk Sebuah Laskar Baru Bernama Laskar Suro Diro Joyo Jayaningrat. Hal Tersebut Berlandaskan Sebuah Filosofi Jawa:

SURO DIRO JOYO JAYANINGRAT LEBUR DHENING PANGASTUTI. Artinya:

Semua Keberanian, Kekuatan, Kejayaan, dan Kemewahanyang ada di dalam diri manusia akan dikalahkan oleh Kebijaksanaan, KasihSayang, dan Kebaikan yang ada di sisi lain dari manusia itu sendiri.

Demikianlah Semangat Jihad Fii Sabilillah Seorang Ulama’ yang juga Pahlawan Kemerdekaan Asal Sidoarjo yang tak kenal lelah memperjuangkan Nasib Umat, Bangsa dan Negara menuju Tatanan Negera yang Baldatun,Thoyyibatun, Wa Robbun Ghofur.

Beliau “Kyai Hasan Mukmin”  Gugur sebagai Syuhada’/ Pahlawan pada Hari Jum’at Legi Tanggal 8 Februari 1946Masehi / 3 Rabi’ul ‘Awal 1367 Hijriyah.

Adapun Makam Beliau hingga sekarang di temukan banyak versi, ada yang mengatakan beliau di makamkan di Wilayah Kecamatan Krian, Gedangan, Sidoarjo Kota dan terakhir makam beliau ditemukan Di Desa Balungdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Beliau Berada dalam Satu Komplek Makam Dengan Leluhur Beliau yaitu: “Sayid Suro Sulaiman/ Sayid Syarif Abdur RohmanBin Sayid Syarif Sulaiman Sultan Baghdad/ Ki Ageng Suropati”

Bagaimana makam 1 orang bisa banyak versi, hal ini dimungkinan banyaknya santri santri yang tertangkap dan dieksekusi memngaku sebagao KH Hasan Mukmin sebagai bentuk perlindungan terhadap gurunya. Makam mana yang benar perlu di telesik lebih jauh.

Naskah dari : seputarmalang.com by Ustadz. Mukh. Musryfin, S.Pd dan, wikipeda, dan pusaka jawatimur

sumber ; di copy dari FB Sidoarjo Tempoe doloe dengan judul : “Kyai Hasan Mukmin, asal Gedangan Sidoarjo salah satu tokoh dibalik layar bergeraknya Mujahidhin di pertempuran 10 Nopember 1945″

0 komentar:

Posting Komentar